
Artikel
Pentingnya Kesadaran Kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental tidak boleh dianggap remeh. Walaupun tidak langsung menyebabkan kematian, gangguan mental dapat berdampak buruk pada kesehatan dan menyebabkan penderitaan jangka panjang, baik bagi individu yang mengalaminya, keluarga, maupun orang di sekitarnya. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental dan mengenali berbagai jenis gangguan yang umum terjadi.
Seseorang dianggap memiliki kesehatan mental yang baik jika mereka dapat berkembang secara optimal secara fisik, spiritual, dan sosial. Ini berarti mereka menyadari kemampuan diri, mampu mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Mengenal Gangguan Mental
Gangguan mental atau mental health disorders adalah kondisi yang menyebabkan perubahan pada emosi, pola pikir, dan perilaku seseorang. Perubahan ini disebut gangguan jiwa jika sudah mengganggu aktivitas sehari-hari dan gaya hidup normal penderitanya.
Berikut adalah beberapa jenis gangguan mental yang sering dijumpai:
1. Depresi
Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang membuat seseorang merasa sedih berkepanjangan dan kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dilakukan. Kondisi ini bisa berlangsung lama, dari berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Sering kali, depresi diabaikan karena dianggap sebagai stres biasa. Padahal, deteksi dini gejala depresi sangat penting untuk mendapatkan penanganan dan dukungan yang dibutuhkan.
Gejala depresi meliputi:
-
Kesedihan dan kemurungan
-
Kehilangan semangat dan energi
-
Hilang nafsu makan
-
Sulit tidur atau tidur berlebihan
-
Perasaan pesimis dan tidak berguna
-
Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan
-
Gelisah dan tidak tenang
-
Merasa bersalah dan putus asa
-
Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri
-
Gangguan fisik seperti nyeri punggung dan sakit kepala
Beberapa faktor pemicu depresi antara lain:
-
Mengalami peristiwa traumatis (misalnya, kehilangan orang terkasih, kekerasan, kebangkrutan, atau kehilangan pekerjaan)
-
Riwayat gangguan kesehatan mental dalam keluarga
-
Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang
-
Menderita penyakit kronis yang sulit disembuhkan (misalnya, kanker, HIV/AIDS, penyakit jantung)
-
Memiliki kepribadian yang lemah, tidak mandiri, atau terlalu keras dalam menilai diri sendiri
Jika mengalami gejala depresi, hindari mendiagnosis diri sendiri. Segera cari bantuan dokter atau psikiater. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan psikologis, wawancara medis, serta tes darah jika diperlukan untuk menentukan penyebab dan gejala. Setelah diagnosis depresi ditegakkan, dokter dapat menyarankan terapi psikososial, psikoterapi, atau meresepkan obat antidepresan untuk mengembalikan keseimbangan kimiawi otak.
2. Gangguan Kecemasan
Merasa cemas adalah hal yang normal, seperti saat akan wawancara kerja atau ujian. Namun, perasaan ini menjadi gangguan kecemasan (anxiety disorders) jika seseorang merespons situasi dengan rasa takut, cemas, dan khawatir yang berlebihan, bahkan tanpa alasan yang jelas. Gangguan kecemasan ini bisa berlangsung lama dan memengaruhi kemampuan beraktivitas sehari-hari serta kualitas hidup.
Beberapa jenis gangguan kecemasan yang umum meliputi:
-
Gangguan Kecemasan Umum (GAD): Kecemasan berlebihan yang sulit dikendalikan dan berlarut-larut.
-
Gangguan Kecemasan Sosial (GAK): Kecemasan berlebihan dalam situasi sosial atau keramaian, disertai kekhawatiran akan dihakimi, diejek, atau merasa malu.
-
Fobia: Rasa takut dan cemas berlebihan yang dipicu oleh hal-hal spesifik (misalnya, agorafobia atau ketakutan pada tempat tertutup).
-
Gangguan Panik (Panic Disorder): Serangan panik yang terjadi tiba-tiba dan berulang tanpa pemicu yang jelas.
Gejala umum gangguan kecemasan meliputi:
-
Psikologis: Gelisah, tegang, sulit tenang, sulit berkonsentrasi, mudah terganggu, dan gangguan tidur.
-
Fisik: Sakit kepala, nyeri otot, gangguan pencernaan, kelelahan berlebihan, napas tersengal-sengal, mual, otot tegang atau tremor, keringat dingin, dan jantung berdebar.
Penyebab gangguan kecemasan bisa bervariasi, termasuk:
-
Ketidakseimbangan senyawa kimia otak (neurotransmitter seperti serotonin, dopamin, norepinephrine)
-
Kelainan pada otak, seperti peningkatan aktivitas amigdala (bagian otak yang mengelola rasa takut dan cemas)
-
Faktor genetik
-
Stres atau trauma jangka panjang yang mengubah neurotransmitter pengendali suasana hati
Jika mengalami gejala gangguan kecemasan, segera periksa dan konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional atau psikiater.
3. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah kondisi mental yang ditandai oleh perubahan suasana hati yang ekstrem, dari sangat gembira (mania) menjadi sangat sedih (depresi) secara drastis. Perubahan suasana hati yang drastis ini memengaruhi tingkat energi, perilaku, dan kemampuan berpikir penderitanya dalam waktu lama, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala bipolar umumnya dibagi menjadi dua fase:
-
Fase Mania: Ciri utama gangguan bipolar I, di mana penderita mengalami suasana hati yang sangat bersemangat, senang, namun juga sensitif dan mudah tersinggung. Dalam fase ini, mereka bisa melakukan hal-hal yang merugikan (misalnya, menghamburkan uang, berjudi, mengemudi sembarangan). Gejala lain termasuk pikiran yang berpacu, berbicara sangat cepat, atau merasa diri sangat penting, kuat, dan berbakat.
-
Fase Depresi: Penderita mengalami gejala yang mirip dengan depresi, seperti kelelahan, perasaan hampa dan sangat sedih, kehilangan nafsu makan, tidak berminat pada aktivitas sehari-hari, serta merasa tidak berharga dan putus asa.
Selain kedua fase ini, penderita bipolar kadang mengalami kondisi suasana hati normal yang disebut euthymia.
Penyebab gangguan bipolar beragam, mulai dari perubahan aktivitas dan ukuran otak hingga trauma dan stres berlebihan. Meskipun gangguan bipolar adalah kondisi seumur hidup yang tidak bisa sepenuhnya sembuh, terapi dan pengobatan yang tepat dapat membantu mengelola gejalanya.
4. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikosis yang memengaruhi pikiran, ingatan, dan perilaku, membuat penderitanya sulit membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri.
Gejala skizofrenia meliputi:
-
Delusi: Keyakinan yang salah (misalnya, merasa ada orang lain mengendalikan pikiran dan tindakan mereka) meskipun ada banyak bukti yang menyangkal.
-
Halusinasi: Merasa melihat, mendengar, atau menyentuh hal-hal yang tidak dirasakan orang lain (misalnya, bisikan atau suara-suara).
-
Ketidakmampuan berbicara koheren: Berbicara kacau dan sulit dimengerti orang lain.
-
Kehilangan motivasi: Tidak bersemangat melakukan aktivitas yang biasa diminati atau berhubungan dengan orang lain.
-
Curiga berlebihan dan paranoid: Mengakibatkan penderita tidak peduli dengan sekitarnya.
-
Kumal dan kotor: Tidak memperhatikan kebersihan dan penampilan diri.
Para ahli menyebutkan berbagai faktor penyebab skizofrenia, terutama:
-
Ketidakseimbangan senyawa kimia di otak yang bertanggung jawab mengirimkan sinyal komunikasi antar sel.
-
Masalah dalam perkembangan otak sebelum kelahiran.
-
Koneksi yang terputus antara berbagai bagian otak.
Skizofrenia tidak dapat disembuhkan, namun dapat ditangani dengan perawatan dan pengobatan yang tepat oleh dokter dan psikiater.
5. Gangguan Makan
Gangguan makan (eating disorders) adalah pola perilaku makan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, baik fisik maupun emosional. Gangguan makan yang berlarut-larut dapat menghambat tubuh mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan dan merusak organ vital seperti jantung, tulang, sistem pencernaan, bahkan mengancam jiwa.
Tiga jenis gangguan makan yang paling umum adalah:
-
Anoreksia (Anorexia Nervosa): Gangguan mental di mana penderita makan lebih sedikit dari yang dibutuhkan tubuh karena terobsesi untuk kurus dan terus menurunkan berat badan, bahkan jika sudah di bawah rata-rata. Gejala termasuk menolak makan, menyangkal rasa lapar, penurunan berat badan drastis, atau olahraga berlebihan.
-
Bulimia (Bulimia Nervosa): Penderita memiliki kecenderungan makan dalam porsi besar dan sering, lalu karena takut berat badan naik, mereka akan memuntahkan kembali makanan secara paksa atau menggunakan obat pencahar. Gejala bulimia meliputi ketidakmampuan mengontrol keinginan untuk mengeluarkan makanan, kebiasaan olahraga berlebihan, dan sering pergi ke kamar mandi setelah makan.
-
Gangguan Makan Berlebihan (Binge Eating Disorder - BED): Terjadi ketika seseorang kehilangan kendali atas pola makannya, cenderung makan lebih cepat dan banyak, bahkan saat tidak lapar atau sudah kenyang. Berbeda dengan bulimia, penderita BED tidak melakukan kompensasi seperti memuntahkan makanan atau olahraga berlebihan. Mereka cenderung makan sendirian karena malu dan merasa depresi serta bersalah setelah makan.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala gangguan makan di atas, segera cari bantuan medis dan konsultasikan dengan dokter, khususnya dokter spesialis gizi klinis. Gangguan makan dapat diatasi dengan bimbingan pola makan sehat, terapi, dan pengobatan yang tepat dari tenaga ahli kesehatan.
6. Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
Gangguan obsesif kompulsif (OCD) adalah gangguan mental yang membuat penderitanya melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang untuk mengurangi kecemasan dalam pikiran mereka. Contohnya, mencuci tangan berkali-kali karena takut sakit, atau memeriksa kunci pintu berulang kali. Penderita OCD biasanya sadar bahwa dorongan obsesif itu bermasalah, namun sulit melawannya.
Beberapa faktor risiko OCD meliputi genetik, perubahan senyawa kimia di otak, dan faktor lingkungan. Hingga saat ini, belum ada cara pasti untuk mencegah OCD. Namun, deteksi dan penanganan dini oleh tenaga kesehatan dapat membantu penderita mengendalikan gejala agar tidak memburuk dan mengganggu aktivitas normal.
7. Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD)
Gangguan stres pasca trauma (PTSD) adalah gangguan mental yang dipicu oleh pengalaman atau menyaksikan peristiwa mengerikan atau mengancam jiwa, yang menimbulkan trauma. Peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD termasuk kecelakaan, kekerasan fisik, perundungan, pelecehan seksual, bencana alam, peperangan, atau penyakit serius yang mengancam jiwa.
Gejala PTSD bisa muncul dalam waktu singkat (satu bulan setelah kejadian, dikenal sebagai acute stress disorder) atau lebih dari satu bulan hingga seumur hidup (complex PTSD - CPTSD).
Beberapa gejala umum PTSD adalah:
-
Ingatan berulang tentang peristiwa masa lalu yang menyebabkan rasa takut dan cemas, mengganggu kehidupan sehari-hari.
-
Sulit tidur dan sering mimpi buruk.
-
Kecenderungan menghindari tempat, aktivitas, dan hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa traumatis.
-
Perubahan perilaku dan emosi, seperti mudah stres, marah, takut, dan sulit berkonsentrasi.
Jika gejala PTSD berlangsung lebih dari satu bulan, segera periksa diri ke dokter atau psikiater. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan dan merekomendasikan psikoterapi serta pengobatan yang dibutuhkan untuk mengatasi gejala PTSD.
Ada banyak jenis gangguan mental lain yang perlu diwaspadai. Yang jelas, apa pun jenis dan tingkat keparahannya, masalah kesehatan mental dapat berdampak pada penurunan produktivitas sumber daya manusia di Indonesia dalam jangka panjang, sehingga memerlukan perhatian kita bersama.